Elitnesia.id|Banda Aceh,– Universitas Ubudiyah Indonesia (UUI) menutup rangkaian Dies Natalis ke-11 pada Selasa (13/5/2025), dengan penegasan komitmen sebagai perguruan tinggi berbasis teknologi yang tak lepas dari akar budaya lokal.
Penutupan berlangsung semarak di Plenary Hall UUI. Puncak acara ditandai dengan pengumuman para pemenang lomba, yang menjadi penutup manis dari rangkaian kegiatan selama sepekan penuh. Kemeriahan itu melibatkan partisipasi aktif dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari anak-anak taman kanak-kanak hingga mahasiswa perguruan tinggi.
Rektor UUI, Dr. Mutiawati, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan Dies Natalis bukan semata selebrasi usia, melainkan momen refleksi dan peneguhan arah.
"Dies Natalis ini menjadi titik syukur atas apa yang telah dicapai. Ke depan, UUI akan terus berinovasi dalam pendidikan, sambil menjaga kekayaan budaya Aceh yang menjadi identitas kita," ujar Mutiawati.
Ketua Badan Pelaksana Harian Yayasan Ubudiyah Indonesia, Prof. Adjunct Dr. Marniati, M.Kes., menambahkan pentingnya integrasi budaya dalam dunia pendidikan. Baginya, budaya bukan hanya untuk ditampilkan sesekali, tetapi harus menjadi warisan yang hidup.
"UUI akan terus menjadi ruang pewarisan nilai-nilai budaya Aceh, terutama kepada generasi muda. Keterlibatan lintas usia dalam kegiatan budaya ini adalah bukti bahwa kesadaran itu sedang tumbuh," ungkapnya.
Selama sepekan, perayaan Dies Natalis ke-11 diisi berbagai kegiatan yang mencerminkan keragaman minat dan bakat. Mulai dari bazar UMKM, lomba cerdas cermat tingkat SMA dan universitas, lomba catur, vokal solo pop, hingga fashion show anak-anak dan pertunjukan tari tradisional seperti Ratoh Jaroe dan Rapai Geleng.
Rangkaian kegiatan ini bukan hanya ajang unjuk kemampuan, tetapi juga momentum memperkuat kolaborasi dan menanamkan nilai budaya dalam pendidikan sejak dini.
Dengan berakhirnya rangkaian perayaan tahun ini, UUI kembali menegaskan visinya sebagai World Class Cyber University—sebuah institusi yang tak hanya berpacu dalam inovasi teknologi, tetapi juga teguh merawat akar budaya. Sebelas tahun perjalanan menjadi fondasi kuat untuk mencetak generasi unggul yang berpikir global tanpa tercerabut dari kearifan lokal.
Editor : Ipul pedank laut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar