• Jelajahi

    Aplikasi (1) Artis (3) Covid 19 (1) Daerah (553) Hukum (87) Internasional (187) Kampus (58) Lifestyle (16) Nasional (348) Politik (74)
    Copyright © elitnesia.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Sosok Ketua PC IPNU Kabupaten Bireuen: Sang Pejuang Sarjana Hukum Keluarga islam di Universitas Islam Aceh

    28 September 2025, 23:39 WIB Last Updated 2025-09-28T16:39:45Z

     


    Elitnesia.id|Bireuen,- Di tengah derasnya arus globalisasi dan tantangan pendidikan yang semakin kompleks, hadir sosok pemuda yang meneguhkan tekadnya untuk berjuang di medan ilmu dan organisasi. Dialah Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Kabupaten Bireuen – seorang mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga islam  di Universitas Islam Aceh yang kini dikenal sebagai “sang pejuang sarjana hukum”. Julukan ini bukan sekadar slogan, melainkan representasi dari keteguhan niat, kerja keras, dan keberpihakan pada nilai-nilai perjuangan intelektual.


    Dari Desa ke Kampus: Jalan Terjal Menuju Sarjana


    Latar belakang pemuda ini bukanlah dari keluarga serba cukup. Ia berasal dari lingkungan sederhana di Kabupaten Bireuen, tempat karakter dan mental pejuang dibentuk. Di kampus Universitas Islam Aceh, ia memilih jurusan Hukum islam  bukan karena popularitas semata, tetapi karena panggilan jiwa: ia ingin kelak menjadi pembela keadilan dan suara bagi kaum yang terpinggirkan. Tekad itu membuatnya sanggup membagi waktu antara kuliah, kerja sambilan, dan mengurus organisasi.


    IPNU Sebagai Medan Pengabdian


    Kepemimpinannya di PC IPNU Bireuen bukanlah kebetulan. Dalam organisasi pelajar terbesar di lingkungan Nahdlatul Ulama ini, ia melihat wadah pembentukan karakter generasi muda. Di bawah kepemimpinannya, IPNU Bireuen tidak hanya fokus pada kaderisasi formal, tetapi juga program literasi hukum, pelatihan kepemimpinan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Ia memahami bahwa pelajar bukan hanya objek pendidikan, tetapi subjek perubahan sosial.


    Memadukan Kelas dan Lapangan


    Salah satu keistimewaannya adalah kemampuannya memadukan teori di bangku kuliah dengan praktik di lapangan. Di kelas, ia mempelajari asas-asas hukum, prosedur peradilan, dan nilai-nilai keadilan; di lapangan, ia mengadvokasi masalah-masalah pelajar dan masyarakat, termasuk penyuluhan hukum islam sederhana bagi pelajar di pedesaan. Hal ini menjadikannya contoh nyata mahasiswa yang tidak hanya mengejar ijazah, tetapi juga kebermanfaatan.


    Pemuda yang Melawan Stigma


    Tak jarang pemuda dicap apatis, lebih sibuk dengan gawai ketimbang dengan gerakan. Sosok ini justru membalik stigma itu. Ia membuktikan bahwa menjadi mahasiswa hukum islam  bukan berarti menjauh dari akar sosialnya. Di setiap kesempatan ia mengajak pelajar NU di Bireuen untuk menanamkan nilai cinta tanah air, toleransi, dan moderasi beragama, sembari meningkatkan kualitas diri di bidang akademik.


    Teladan bagi Generasi Muda Bireuen


    Keberadaannya menjadi inspirasi. Ia menunjukkan bahwa organisasi pelajar bukan sekadar formalitas, melainkan ruang penggemblengan intelektual, spiritual, dan sosial. Ia juga menjadi simbol harapan bahwa pemuda Bireuen mampu menembus batas-batas keterbatasan ekonomi dan akses pendidikan untuk menjadi sarjana hukum islam  yang berintegritas.


    Masa Depan: Dari Kampus Menuju Ruang Publik


    Sang ketua PC IPNU ini sadar bahwa perjuangannya belum selesai. Gelar sarjana hukum islam yang sedang ia tempuh bukanlah tujuan akhir, tetapi jembatan menuju pengabdian yang lebih luas. Dengan bekal akademik dan pengalaman organisasi, ia mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari solusi hukum di daerahnya – entah sebagai advokat, pendidik hukum, atau penggerak kebijakan publik.


    Sosok Ketua PC IPNU Kabupaten Bireuen adalah potret pemuda yang bekerja senyap, jauh dari sorot kamera, namun nyata menghadirkan manfaat. Ia adalah pejuang sarjana hukum islam  di Universitas Islam Aceh yang berjalan dengan keyakinan: ilmu harus dibarengi dengan pengabdian. Dari ruang kelas hingga lapangan pengabdian, ia menegaskan pesan penting bagi generasi muda Aceh: pendidikan bukan sekadar jalan pribadi, melainkan ikhtiar kolektif untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan berdaya.

    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini