• Jelajahi

    Aplikasi (1) Artis (3) Covid 19 (1) Daerah (550) Hukum (78) Internasional (185) Kampus (57) Lifestyle (16) Nasional (270) Politik (60)
    Copyright © elitnesia.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Koalisi Muda DemRes Bireuen, Kutuk Oknum PPK yang Diduga Lakukan Pelanggaran Pemilu

    Jumat, 09 Februari 2024, Februari 09, 2024 WIB Last Updated 2024-02-10T03:00:11Z
    Foto: Muhammad Arif, Koalisi Muda Bireuen Demokrasi Resiliensi.


    Bireuen- Koalisi Muda Bireuen Demokrasi Resiliensi (DemRes), mengutuk, dugaan pelanggaran Pemilu yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di salah satu Kecamatan di Bireuen, untuk mengarahkan kandidat yang bertarung di pesta demokrasi yang akan digelar 14 Februari 2024 mendatang.


    Muhammad Arif, dari koalisi tersebut, menegaskan, penyelenggara adalah aktor penting dalam merawat demokrasi. Sehingga mereka dituntut independen, berintegritas, dan netral.


    Menurutnya, dugaan tersebut dibutuhkan ketegasan dari Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu), dalam melakukan penanganan tindak pidana Pemilu.


    “tugas mereka jangan sebatas prosedural, tapi juga subtantif,” ujar pemuda yang kerap dipanggil Abiet.


    Penegakan hukum harus dilakukan secara cepat, sederhana dan tidak memihak. Jangan rusak kepercayaan publik kepada penegak hukum di kabupaten Bireuen.


    Abiet, menambahkan, setelah viralnya informasi di media, koalisi muda ini mengumpulkan informasi detail, terkait kronologi yang dilakukan oleh beberapa oknum di Kabupaten Bireuen.


    Informasi yang diperoleh, ada pertemuan yang dilakukan di beberapa Kecamatan dengan mengumpulkan semua ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS). Pada saat kegiatan berlangsung, peserta diminta menonaktifkan handphone. Kemudian ada arahan dan semua diinstruksikan untuk pemenangan Capres tertentu.


    “kalian wajib Shalat Subuh dua rakaat, jika terjadi sesuatu maka keselamatan kalian akan dijamin oleh lembaga kami,” ulang warga yang tidak ingin disebut namanya.


    Abiet menyebutkan, lebih miris ketika oknum “penjahat” mempolitisir agama dengan dalih kemenangan ummat.


    Sedangkan dilevel Gampong, salah satu warga juga membenarkan hal tersebut. Oknum Ketua PPS di salah satu gampong, mengadakan pertemuan dengan menghadirkan anggota PPS, KPPS, PPG dan PTPS dengan tujuan yang sama.


    Ada anggota yang menjawab “kalau kami melakukannya, rugi dong kami disumpah untuk menjaga integritas”. Tidak ada jawaban pasti, tapi hanya menegaskan bahwa semua punya kepentingan. Mereka yang hadir minimal diwajibkan per TPS ada 10 suara, dan selanjutnya disesuaikan dengan kondisi lapangan.


    Selanjutnya dugaan pelanggaran yang direncanakan, yaitu dengan jual-beli surat suara yang tidak memilih (Golput). Celah yang bisa digunakan dengan mencoblos sisa surat suara, pada saat istirahat jam 12 siang. Disisi lain, ada oknum yang dipersiapkan untuk mengelabui saksi-saksi dari non koalisi.


    Pada saat di TPS, pemilih akan mendapatkan lima surat suara, yaitu Calon Presiden dan Wakil Presiden (CPWP), DPD-RI, DPR-RI, DPRD Provinsi dan DPR Kab/Kota.


    Khusus untuk CPWP tidak dijual karena memang sudah ditentukan, untuk DPD-RI bisa dipilih acak. Sedangkan DPR-RI, DPRA dan DPRK dijual dengan harga yang variatif. Rencana mereka akan melakukan dengan beberapa versi.


    Versi pertama, per TPS mendapatkan tawaran Rp 1 Juta jika berhasil melakukan kecurangan agar bisa mencoblos Caleg yang sesuai dengan kesepakatan.


    Versi kedua, per TPS mendapatkan RP 1 Juta per masing-masing dari DPR-RI, DPRA dan DPRK. Jadi bisa dapat Rp 3 juta, dan disesuaikan dengan jumlah TPS. Serta banyak versi lainnya disesuaikan dengan inovasi oknum penyelenggaranya.


    Koalisi Muda Bireuen, mengecam dugaan praktek tersebut, karena demokrasi kotor yang dipertontonkan ke publik sangat tidak beretika.


    “Masyarakat teriak anti politik uang dan mendorong Pemilu yang bersih dan inklusi, tapi licik sekali permainan mereka. Apalagi jika disebut ada oknum lembaga penegak hukum yang ikut terlibat, dengan dalih arahan dari atasan instansi mereka,”ucapnya dengan geram.


    Dirinya mempertanyakan, jika kondisi politik licik ini diatur sedemikian rupa dari level Nasional sampai ke desa, pemimpin seperti apa yang akan kita harapkan ke depan?


    “Indonesia Negara demokrasi, suara ada ditangan rakyat bukan penguasa”, tegasnya.(Tim)

    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini