• Jelajahi

    Aplikasi (1) Artis (3) Covid 19 (1) Daerah (550) Hukum (78) Internasional (185) Kampus (57) Lifestyle (16) Nasional (270) Politik (60)
    Copyright © elitnesia.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Teater Epik Brecht : Menciptakan Pemisah Antara Penonton Dengan Aksi Panggung

    Sabtu, 23 Maret 2024, Maret 23, 2024 WIB Last Updated 2024-03-23T14:24:56Z
    Teater Epik Brecht : Menciptakan Pemisah Antara Penonton Dengan Aksi Panggung


    Padangpanjang,-Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang melakukan diskusi perihal "Epik  Brecht" Sabtu, 23/03/2024 di Sekre Komunitas Seni Kuflet, dengan pemateri Akram Hakim yang dimoderatori Maharani Saputri. Ucap Dahlia Braga Yova Bendahara Umum Kuflet. 


    Akram Hakim mengatakan secara detailnya, teater epik adalah penyajian yang meniru suatu hal lazim pada realitas sosial masyarakat, namun dibuat seolah-olah hal itu tidak lazim di panggung dan menjadi sesuatu yang asing. Setelah melihat pertunjukan teater epik, penonton yang pada awalnya tidak terlalu memikirkan realitas sosial yang lazim terjadi pada kehidupan sehari-hari itu, akan tersadar dan bertanya pada diri sendiri apakah hal tersebut memang lazim untuk dilakukan atau  tidak. Papar anggota yang juga sutradara muda dinKuflet


    Akram.menambahkan, Brecht menawarkan beberapa metode yang dapat digunakan saat melakukan pendekatan teater epik. Sesuai dengan landasan penyutradaraan penulis, metode dan tehnik ini penulis dapatkan dari buku Brecht On Theatre The Development Of Aesthetic terjemahan John Willet dan Organon Kecil Untuk Teater terjemahan Boen S. Oemarjati, berikut adalah metode kunci yang terkait dengan teater epik:

    1. Verfremdungeffeck atau V-effect

    Dalam pendekatan teater epik, Bertolt Brecht menciptakan metode efek alienasi atau Verfremdungeffeck (V-effect). Efek Alienasi merupakan penyajian yang tetap memungkinkan dikenalnya apa yang ditiru, tetapi juga sekaligus menjadi sesuatu yang asing (Dimyati, 2010:24). Ungkap mahasiswa Minat Penyutradaraan di Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang


    Pendiri sekaligus Penasihat Komunitas Seni Kuflet Dr. Sulaiman Juned, M.Sn mengatakan, metode yang dipakai dalam teater epik untuk menciptakan jarak antara penonton dan aksi di atas panggung, membuat penonton menjadi pengamat yang lebih kritis daripada penonton pasif. V-effect Merupakan cara untuk mencegah penonton mengidentifikasi atau berempati dengan karakter-karakter dalam pertunjukan. Tutur Sutradara yang penyair itu. 


    Sulaiman Juned menambahkan, metode ini Brecht kembangkan agar penyampaian pesannya kepada penonton dapat lebih tercapai dengan meningkatkan pikiran penonton untuk lebih kritis bahkan kepada karakter tokoh.

    Tujuan utama teater epik adalah untuk menciptakan efek pemisahan antara penonton dan aksi di panggung, penonton diharuskan untuk tetap sadar bahwa mereka menonton karya seni dan tidak terikat secara emosional pada cerita dan tokoh, agar hal ini dapat tercapai, Metode V-effect yang memisahkan emosi penonton dengan aktor haruslah digunakan, untuk mencapai V-effect tersebut, dapat dilakukan contohnya aktor yang keluar dari karakter tokoh, aktor yang berinteraksi langsung dengan penonton dan lain sebagainya. Ucap Dosen Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang.



    Akram Hakim menambahkan, selain V-Effect. Selanjutnya yang ke 2. Dikenali dengan narator

    Penonton akan sulit untuk berpikir lebih kritis jika mengalami katarsis dan terlalu larut ke dalam sebuah pertunjukan, maka dari itu narasi dari seorang narator berfungsi untuk memutuskan emosional penonton pada tokoh dan cerita yang ada di atas panggung. Narator akan berinteraksi dengan penonton, menyampaikan ulang sebuah adegan cerita di panggung yang telah terjadi, ataupun menceritakan kejadian yang terjadi selanjutnya, untuk memutus emosi penonton dari pertunjukan.

    Teater epik cenderung Narasi dalam teater epik cenderung ditujukan untuk menyampaikan pesan ideologis atau sosial. Cerita dapat diatur untuk membahas isu-isu politik, sosial, atau ekonomi dengan cara yang lebih terbuka dan analitis. Sedangkan yang ke 3. Multiple-set dan Minimal-set

    Di dalam sebuah pertunjukan, Setting atau properti yang terlalu realistis akan terlihat seperti asli dan mengimitasi kehidupan nyata, sementara di dalam teater epik Brecht berusaha menyadarkan penonton bahwa yang mereka saksikan hanyalah sebuah pertunjukan dan bukan kisah nyata yang terjadi diatas panggung. Di dalam teater epik Brecht, setting hanya bersifat representatif atau simbolis sudah cukup menunjang daya kritis penonton. Paparnya menutup diskusi siang tadi.(*/ Nhela)

    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini