Elitnesia.id|Bireuen — Puluhan anak-anak pengungsi tampak bermain dan menghibur diri di Camp Pengungsian Gampong Meunasah Pulo, Kecamatan Peudada, Rabu (24/12/2025). Aktivitas tersebut dilakukan di Meunasah gampong setempat yang saat ini menjadi lokasi pengungsian warga terdampak banjir.
Pengungsi berasal dari empat dusun, yakni Dusun Pelabuhan, Pulo, Jareng, dan Dusun Garuda. Total warga yang mengungsi mencapai 1.091 jiwa dari 420 kepala keluarga (KK). Mereka menempati 10 unit tenda besar bantuan BNPB serta Meunasah gampong.
Keuchik Gampong Meunasah Pulo, Hamdani, yang ditemui di lokasi pengungsian menyampaikan bahwa banjir menyebabkan kerusakan cukup parah. Sebanyak 11 unit rumah dilaporkan hilang terseret banjir, sementara ratusan rumah lainnya mengalami kerusakan dan dipenuhi lumpur.
“Sebanyak 11 rumah hilang, sedangkan rumah lainnya rusak ringan hingga sedang dengan ketinggian lumpur mencapai sekitar 40 sentimeter. Sebagian warga siang hari pulang ke rumah untuk membersihkan lumpur. Kami berharap ada bantuan alat berat mini untuk mempercepat pembersihan,” ujar Hamdani.
Hamdani juga menjelaskan, sebagian warga masih bertahan di tenda dan Meunasah. Dalam satu tenda ditempati sekitar 10 orang. Namun, 10 unit tenda bantuan BNPB tersebut belum dilengkapi matras atau tikar, sehingga warga terpaksa menggunakan kardus atau barang seadanya sebagai alas tidur.
Dari sisi kesehatan, pihak Kementerian Kesehatan yang didampingi petugas Puskesmas Peudada telah melakukan kunjungan ke lokasi pengungsian untuk memberikan pelayanan kesehatan. Selain itu, petugas Puskesmas Peudada juga secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap hari, baik di lokasi pengungsian maupun dengan mendatangi langsung rumah warga yang sudah pulang untuk membersihkan rumahnya.
Keuchik menambahkan, pada awal masa pengungsian sempat beroperasi dapur umum. Namun dalam beberapa hari terakhir, kegiatan memasak dilakukan secara mandiri oleh masing-masing KK dengan dukungan pembagian sembako dan kebutuhan pokok.
Sementara itu, anak-anak pengungsi mulai dari tingkat TK hingga SLTA terlihat berkumpul sesuai kelompok usia dan bermain bersama untuk menghibur diri. Beragam permainan dilakukan, seperti bermain bola, hulahop, dan permainan sederhana lainnya, guna mengurangi trauma dan kejenuhan selama berada di pengungsian.
Sumber : Amat Asah Parang
Redaksi : ipul pedank laut

Tidak ada komentar:
Posting Komentar