Elitnesia.id|Banda Aceh, — Dalam rangka memperingati Hari Kebaya Nasional ke-2 yang jatuh pada 24 Juli, organisasi Perempuan Indonesia Maju (PIM) menggelar Parade Kebaya bertema “Kebaya Warisan Budaya, Langkah Maju Perempuan Indonesia” di Plenary Hall Universitas Ubudiyah Indonesia (UUI), Banda Aceh, Kamis (24/7/2025).
Acara ini dibuka secara resmi oleh Ketua Staf Ahli TP-PKK Aceh, Ny. Mukarramah Fadhlullah, mewakili Wakil Gubernur Aceh. Ia menabuh rapa’i sebagai simbol dimulainya parade budaya tersebut. Dalam sambutannya, Mukarramah menekankan bahwa kebaya bukan sekadar busana, tetapi juga simbol identitas bangsa yang memuat nilai-nilai luhur dan kearifan lokal.
“Kebaya adalah warisan budaya yang mencerminkan keanggunan dan jati diri perempuan Indonesia. Ia menjadi penghubung kita dengan sejarah dan peradaban bangsa,” ujar Mukarramah yang tampil anggun mengenakan kebaya bermotif khas Aceh.
Parade ini diprakarsai oleh Prof. Adjunct Dr. Marniati, SE., M.Kes., selaku Ketua Umum PIM. Dalam orasinya, Marniati menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar perayaan simbolik, tetapi bentuk nyata pelestarian budaya melalui peran aktif perempuan.
“Melalui parade kebaya, kita ingin menumbuhkan kembali semangat nasionalisme yang hidup dalam balutan budaya lokal. Ini bagian dari upaya kolektif untuk menjaga identitas dan jati diri bangsa,” tegasnya.
Kegiatan ini diikuti oleh 370 peserta dari berbagai instansi pemerintah dan organisasi perempuan, serta dihadiri oleh 35 organisasi wanita, termasuk Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Dharma Wanita Persatuan (DWP) dari sejumlah SKPA, dan Persatuan Istri Anggota DPRA (PIA).
Selain istri Wakil Gubernur Aceh, hadir pula istri Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh yang turut mendampingi Prof. Marniati menyemarakkan parade budaya tersebut. Kehadiran para tokoh perempuan ini mempertegas dukungan terhadap gerakan pelestarian kebaya sebagai simbol budaya nasional.
Rangkaian kegiatan berlangsung meriah. Selain parade kebaya, acara juga dirangkai dengan bazar UMKM lokal, fashion show karya desainer Aceh, dan lomba lagu tembang kenangan yang menghadirkan suasana nostalgia dalam nuansa budaya yang hangat.
Momentum ini menjadi bukti bahwa peringatan Hari Kebaya bukan sekadar ritual tahunan, tetapi gerakan budaya yang mengajak perempuan Indonesia, khususnya di Aceh, untuk terus menghidupkan kembali nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar